Malam minggu, tak ada bedanya
dengan kemarin, atau kemarin lusa, bahkan kemarinnya lagi, bahkan mungkin saja
besok tetap sama. Disini, aku masih seperti kegemaranku, duduk di depan laptop
berjam-jam, tak makan, tak minum, tak mandi (Oopss.. yang ini gak beneran).
Yang pasti aku masih disini.
Malam ini hujan, sudah sejak
sore tadi sebenarnya. Kakiku kaku rasanya, angin itu serasa membikin beku
tubuhku yang duduk tak jauh dari pintu ruang tamu. Ya, memang rumahku mungil,
jadi tak ada bedanya ruang tamu atau ruang keluarga. Tapi ini rumah ternyaman
yang pernah ku rasakan, karna bukan lagi rumah kontrakan judulnya. Rumah ini
belum sempurna memang, atapnya masih tak ada pyan-nya, pintu dan jendela
belum di plitur, tak ada cat yang mencolok. Tembok sebelah rumah saja masih
polos, yang ada cuma lumut yang menempel karna hujan terus mengguyur sejak
beberapa bulan lalu. Aku tetap bersyukur, karna ini perjuangan Ayah dan Ibuku
selama bertahun-tahun.
Detik-detik berlalu, tanpa
komando waktu menggilas massaku, letihku mulai terasa, penatku mulai menyapa,
badanku pegal. Tapi tak ingin rasanya beranjak dari sini sebelum tulsianku ini
selesai. Aku cuma ingin sesuatu, sebuah tulisan yang datang dari sambungan
sel-sel otakku, menjalar menuju pusat pemikiran yang sebelumnya tak pernah ku
lakukan. Temanya, tetap satu, “Hujan”.
Berhubung
sekarang masih Januari, bulan dimana hujan tetap turun membasahi pelataran
rumah mungilku, menetes, mengembun, menguap, lalu ujung-ujungnya jadi pelangi
(mustahil, pelangi di malam hari). Tapi, tetap jadi inspirasi. Aku tetap coba
mendiskripsikan malamku hari ini.
Rasanya seperti dalam putaran
waktu, aku di bikin bodoh dalam persajakan dan makna sastra. Sekedar tulisan
sederhana saja hasilnya pasti biasa-biasa saja. Semakin jauh tenggelam dalam
bodoh dan malam, tak ada bintang lagi malam ini. Sudah semakin larut, dan hujan
perlahan lelah lalu menyerah. Meski berhenti, hujan masih menyisakan mendung
yang masih tak mau kalah dengan bintang dan memaksa malam berkuasa oleh gelap.
Aku menikmati semuanya, meski seperti orang tak tahu apa-apa.
Akhirnya semuanya hampir
berlalu, besok semuanya yang mati akan aktif kembali. Layaknnya mengembalikan
urat-urat saraf yang sudah butuh rehat kembali bekerja. Seperti biasanya, meski
ku tahu besok hari libur. Tapi sungguh rasanya akan biasa-biasa saja, seperti
sudah ada skema nyata tentang jadwal pagiku esok hari. Ahh.. sudahlah… tinggal
menjalani, bukan mengeluh seperti orang tak tahu diri.
Dan tentang malam ini, aku sibuk
mencari kata-kata untuk klimaks dari tulisanku sendiri. Sekarang saatnya aku
mengakhiri, selamat malam… lain kali aku ingin menulis yang lain lagi, bukan
tentang hujan lagi. Karna mungkin saja hujan nanti akan menghitamkan angan. Mungkin
akan ku tulis skema tentang masa lalu (kita) bersama hujan. Ahh.. Ma’af, bukan
hujan lagi ku bilang tadi. Tapi tentang bintang…
Oleh:
Wahyunie Enka Emha
Pare,
18 Januari 2013