JellyPages.com

Sabtu, 19 Januari 2013

HUJAN DI PELATARAN RUMAH MUNGIL



Malam minggu, tak ada bedanya dengan kemarin, atau kemarin lusa, bahkan kemarinnya lagi, bahkan mungkin saja besok tetap sama. Disini, aku masih seperti kegemaranku, duduk di depan laptop berjam-jam, tak makan, tak minum, tak mandi (Oopss.. yang ini gak beneran). Yang pasti aku masih disini.
Malam ini hujan, sudah sejak sore tadi sebenarnya. Kakiku kaku rasanya, angin itu serasa membikin beku tubuhku yang duduk tak jauh dari pintu ruang tamu. Ya, memang rumahku mungil, jadi tak ada bedanya ruang tamu atau ruang keluarga. Tapi ini rumah ternyaman yang pernah ku rasakan, karna bukan lagi rumah kontrakan judulnya. Rumah ini belum sempurna memang, atapnya masih tak ada pyan-nya, pintu dan jendela belum di plitur, tak ada cat yang mencolok. Tembok sebelah rumah saja masih polos, yang ada cuma lumut yang menempel karna hujan terus mengguyur sejak beberapa bulan lalu. Aku tetap bersyukur, karna ini perjuangan Ayah dan Ibuku selama bertahun-tahun.
Detik-detik berlalu, tanpa komando waktu menggilas massaku, letihku mulai terasa, penatku mulai menyapa, badanku pegal. Tapi tak ingin rasanya beranjak dari sini sebelum tulsianku ini selesai. Aku cuma ingin sesuatu, sebuah tulisan yang datang dari sambungan sel-sel otakku, menjalar menuju pusat pemikiran yang sebelumnya tak pernah ku lakukan. Temanya, tetap satu, “Hujan”.
Berhubung sekarang masih Januari, bulan dimana hujan tetap turun membasahi pelataran rumah mungilku, menetes, mengembun, menguap, lalu ujung-ujungnya jadi pelangi (mustahil, pelangi di malam hari). Tapi, tetap jadi inspirasi. Aku tetap coba mendiskripsikan malamku hari ini.
Rasanya seperti dalam putaran waktu, aku di bikin bodoh dalam persajakan dan makna sastra. Sekedar tulisan sederhana saja hasilnya pasti biasa-biasa saja. Semakin jauh tenggelam dalam bodoh dan malam, tak ada bintang lagi malam ini. Sudah semakin larut, dan hujan perlahan lelah lalu menyerah. Meski berhenti, hujan masih menyisakan mendung yang masih tak mau kalah dengan bintang dan memaksa malam berkuasa oleh gelap. Aku menikmati semuanya, meski seperti orang tak tahu apa-apa.
Akhirnya semuanya hampir berlalu, besok semuanya yang mati akan aktif kembali. Layaknnya mengembalikan urat-urat saraf yang sudah butuh rehat kembali bekerja. Seperti biasanya, meski ku tahu besok hari libur. Tapi sungguh rasanya akan biasa-biasa saja, seperti sudah ada skema nyata tentang jadwal pagiku esok hari. Ahh.. sudahlah… tinggal menjalani, bukan mengeluh seperti orang tak tahu diri.
Dan tentang malam ini, aku sibuk mencari kata-kata untuk klimaks dari tulisanku sendiri. Sekarang saatnya aku mengakhiri, selamat malam… lain kali aku ingin menulis yang lain lagi, bukan tentang hujan lagi. Karna mungkin saja hujan nanti akan menghitamkan angan. Mungkin akan ku tulis skema tentang masa lalu (kita) bersama hujan. Ahh.. Ma’af, bukan hujan lagi ku bilang tadi. Tapi tentang bintang…

Oleh: Wahyunie Enka Emha
Pare, 18 Januari 2013

FRIENDSHIP

Dari kesulitan dapat diperolehi kesenangan serta kebahagiaan, layaknya durian berduri karena enak berisi, kulit manggis pahit karena manis didalamnya serta bunga ros berduri kerana harum baunya. Perihal yang menyedihkan didalam hidup yaitu saat bersua seseorang yang amat bermakna serta merasakan selanjutnya bahwa tidak demikianlah ada serta mesti melepaskannya pergi.


  • persahabatan tidak terjalin dengan otomatis namun memerlukan sistem yang panjang layaknya besi menajamkan besi, demikian teman dekat menajamkan sahabatnya

  • persahabatan diwarnai dengan beragam pengalaman senang serta duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, tetapi seluruh ini tidak dulu sengaja dikerjakan dengan tujuan kebencian

  • seorang teman dekat tak lagi menyembunyikan kekeliruan untuk hindari perselisihan, justru dikarenakan kasihnya ia membulatkan tekad menyapa apa adanya

  • sahabat tidak dulu membungkus pukulan dengan ciuman, namun menyebutkan apa yang sangat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya akan berubah

  • janganlah dulu pandang kekeliruan yang dulu dia kerjakan, tetapi pandanglah seluruh kebaikan yang dulu dia kerjakan.

  • janganlah sesekali menyalahkan kesilapan diri sendiri pada orang lain kerana orang yang tidak mengakui kelemahan diri sulit untuk berjaya.

  • bila anda mahu bikin suatu hal, anda dapat mencari jalur. bila anda tidak mahu bikin suatu hal, anda dapat mencari alasan.

  • kawan sejati adalah orang yang mencintaimu walau sudah mengenalmu dengan sebenar-benarnya iaitu baik serta burukmu.

  • barangkali diam itu satu jawapan yang baik atau barangkali juga teguran serta nasihat yang baik.

  • orang bijaksana tidak sesekali duduk meratapi kegagalannya, namun dengan lapang hati melacak jalur bagaimana memulihkan kembali kerugian yang dideritainya

  • orang yang hebat melakukan tindakan sebelum saat berkata serta dia berkata sesuai dengan tindakannya.

  • orang-orang yang sangat berbahagia tidak senantiasa mempunyai perihal paling baik, mereka cuma berupaya jadikan yang paling baik dari tiap-tiap perihal yang ada didalam hidupnya.

  • persahabatan diwarnai dengan beragam pengalaman senang serta duka, dihibur-disakiti, diperhatikan-dikecewakan, didengar-diabaikan, dibantu-ditolak, tetapi seluruh ini tidak dulu sengaja dikerjakan dengan tujuan kebencian

  • persahabatan kerap menyuguhkan sebagian cobaan, namun persahabatan sejati dapat menangani cobaan itu apalagi bertumbuh berbarengan.

Kerinduannya yaitu menjadi sisi dari kehidupan sahabatnya, dikarenakan tak ada persahabatan yang dimulai dengan sikap egoistis. Namun penghancur persahabatan ini sudah sukses dipatahkan oleh sahabat-sahabat yang teruji kesejatian motivasinnya.

 

So guys, say to your friend...!!

you are my best friend.... now, tomorrow, and forever....

SEHABIS SANSAI DIBALUT KENANGAN

:: puisi ini ku buat untuk orang-orang yang telah mengadopsi rindu di hatiku, ketika perpisahan harus segera kita makan dan renungkan.


abad lalu,
tiap-tiap masa lalu bertatapan
dan sekedar mengais dahaga dalam prasati pangkalan hujan.
terpetak-petak ku susun kata yang sekiranya
mampu beramikal sangat bersama petuah-petuah tetuah.
kenangan...
bagiku, kenangan adalah sebuah ancaman
yang apabila tersandera harus segera termakan awan
sedari fajar kepalan matahari,
semenjak matahari condong menemui kekasihnya,
dan ketika merpati melunakkan ultimatum senja
kita saling berpegangan tangan
saling mengadopsi rindu yang resah akan pisah
;kita
_antara aku dan mereka yang ku belenggu sansai hamdu

lalu...
akankah dedikasi ini akan terus dilangsungkan?
akankah cagak kesetiaan akan senantiasa kokoh
meladung yang roboh?

entahlah...
telah dengan serta merta ku taut kata
hanya karena sengaja melabuhkan air mata
kita tak  tau akan krisis masa
tentang pisah sebagai akhir dari segala pertemuan
yang ada
sedangkan kita selalu memaksa
namun...
apakah yang hendak dikata
ketika kita memang harus benar-benar berpisah
merelakan waktu yang terkebat tameng dan telepati
demi sebuah melodrama klasik tentang kita

dari itu,
biarkan ku sakralkan narasi sansai ini dengan sengaja
biarkan ku balut kenangan ini dengan segenap prosa
dan
biarkan ku abadikan sesuatu yang ku minta dengan sederhana
;paling tidak,
buat lanskap, cinta, dan kenanga takut melupakan kita.

oleh: Fauziyah Kurniawati - Sumenep

Senin, 24 Desember 2012

Semoga Terbaca Oleh Kalian......(harapanku)


Dan ketika pada suatu waktu kita bertemu, dalam episode yang entah kapan Tuhan memproklamirkan. Pada massa yang ada dengan nuansa berbeda. Kita memang tak sama, dari latar belakang yang berbeda, dari niat yang mungkin juga tak sama. Aku sangat berharap, dimana kita berada, tegur sapa masih bisa kita sanjung tuk mengukir segaris senyum.
1 tahun berlalu ku tinggalkan kalian, tak pernah sedikitpun aku lupa. Barang sekali dua kali sebelum ku tutup do’aku, pernah saja ku selipkan do’a agar kita sama-sama meraup sukses nantinya. Meski pernah saja ku berpikir kalian lupa atau bahkan mungkin memang benar-benar lupa bahwa aku masih ada untuk kalian. Tak ada ragaku disana, tak berarti jiwaku turut berlalu meninggalkan kalian. Karna, kalian selamanya akan menjadi Teman terindah yang pernah ku kenal.
Bagaimana bila suatu saat nanti kita bertemu.?? Apa mungkin masih seperti dulu.?? Atau seperti awal kita mengenal, diam dan malu-malu..?? Apa kita belum cukup dewasa untuk mengartikan makna SAHABAT itu sendiri.?? Rasanya tidak, aku yakin. Kita nantinya masih bisa saling mengisi, mari kita melangkah dalam derap-derap kaki, layaknya para tentara berlari. Kita gapai mimpi kita, seperti kita gembor-gemborkan lambang kita... BINTANG, ya... tinggi menjulang di atas langit yang luas. Kita gapai itu, kita singkirkan apapun yang mengahlang. Semuanya akan terwujud nantinya, Amien...!!

 (sahabatmu yang masih disini, Wahyuni Nur Kumala Emha)

Sekedar Ungkapan.....


BINTANG
“Bintang....
Berpijarlah dengan kekuasaannya sendiri
Dan awan, berjalan dibawah kuasa angin
Kini antara kau dan aku terpisahkan malam
Yang lebih pantas menyatakan cinta kepadamu
Maka relakanlah aku pergi
Jika ternyata takdir kita pisah telah digariskan
Dan jangan kau lupakan
Saat senja bermandikan air mata
Dan saksi pepohonan yang tertunduk sedih
Melihat hati kita yang teriris luka
Bintang,
Kau adalah kesempurnaan yang pernah ada dalam hidupku
Kau memberiku perjalanan cahaya terang
Aku menempuh pedihnya kesendirian
Dan kau menebariku untuk selalu tegar
Kau adalah kekuatanku, bintangku, dan cahayaku
Tapi kau adalah kesempurnaan
Yang tak akan pernah ku dapatkan.”

*Teruntuk seluruh angkatan 2514_X

CERPEN


AKHIR PENANTIAN

:: Untukmu Sang Pangeran penanti.
19 Juli 2009,
Hari itu dimana aku nyatakan seluruh hatimu, berucap bak penyair yang hilang kendali, tetapi aku hanya diam, terpekur mencerna semua kalimat yang keluar dari mulutmu. Hati ini gundah, jiwa ini linglung tak tau arah, bagaikan terhipnotis oleh semua kalimat sihirmu, aku mengiyakan semua yang kau ucapkan.
Tapi kini ku merana dan menyesal Pangeran Penantian....
Aku menggantung harapanmu di pelataran hatiku, aku telah muak dengan semua kalimat sihirmu, rasanya ku ingin berteriak dan berkata padamu, hentikan semua omong kosongmu itu, tapi sungguh aku tak mampu.
Di tempat suci inilah aku menyadari semua, kau masih haram untukku. Dan aku tak mau jikalau Dia cemburu atas sikapku padamu, lalu Dia murka terhadapku, entah akan jadi apa aku ini.
Pangeran Penanti, di tempat suci ini kuselami serangkaian cerita kita. Ku telusuri sudut demi sudut yang kemarin aku belumlah mampu menyelaminya. Tapi kini, ku paham semua. Aku dan kamu, telah menjalankan skenario setan yang akan menghancurkan iman kita. Sadarkah kau, Sang Pangeran penantian..?? Ataukah sampai saat ini kau belum menyadarinya..??
Luapan cintamu yang menggebu, entah itu akan menjerumus pada zinah hati ataukah memang pujianmu yang dilayangkan untukku..??
***
21 Juli 2009,
Hati ini bergejolak hebat, setelah 2 hari terlayangkannya kalimat itu. Saat itu wajah ini bertatap, ah... aku benci dirimu, ilfil rasanya diri ini bertemu denganmu.
Tapi entah mengapa, sekali lagi aku serasa terhipnotis oleh setiap kalimat yang terucap dari bibirmu. Dan saat itu kau berkata, “Suatu saat nanti aku akan datang meminangmu, setelah kau lulus dari statusmu sebagai mahasiswi. Aku akan menunggumu dengan sejuta mimpiku.”
“Lulus, dari statusku sebagai Mahasiswi? Itu artinya kamu akan menunggu kurang lebih 7 th lagi, apakah kamu siap? Tanyaku.
“Iya.. Insyaallah aku siap”, jawabnya pasti.
Robbi.... harus dimana aku menempatkan hatiku? Aku risih atas semua sikapnya, risih atas semua kata-kata yang terlayangkan dari mulutnya. Dia terlalu memaksakan. Wahai Sang Pangeran Penanti, semua kau fikir lurus. Apakah kau tak menyadari? Bahwa manusia hanya bisa merencanakan, selepas dari itu Allah-lah yang menentukan.
Aku termangu......
***
9 Juni 2010,
Aku menjauh darinya, ku putuskan untuk melanjutkan study-ku  disebuah pulau yang tak pernah terpikirkan olehku tuk dapat kesana. Dan sebelum aku pergi, aku sempatkan mengutip kata-katanya.
“Putri, setelah ini ku mohon, jangan lupakan aku. Dan jangan pernah kau berubah. Aku menunggumu dan aku akan selalu ada untukmu.”
Ah.... lagi-lagi kau katakan sesuatu yang membuat ku ingin berteriak. Aku lelah... Lelah mengikuti semua alur ceritamu,.
Dan kini, aku benar-benar pergi....
***
5 Agustus 2011,
Setelah sekian lama aku terbebas dari bayangmu, kini aku kembali lagi masuk ke alur cintamu, alur cinta yang dulu hampir menyesatkan diriku, tapi kini aku berada digaris kebimbangan antara mengungkapkan atau memendam?
Robbi..... harus bagaimana aku menempatkan diriku? Dan malam itu, terlayangkanlah sebuah pesan singkat darinya.
“Put... setelah kurang lebih 1 th kau disana, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kau semakin jauh, jauuuhhh...  apakah sebenarnya yang terjadi padamu?”
Setelah aku membacanya, ku letakkan ponselku, tak ku hiraukan pesannya. Malas menyergap  kala namanya terpampang di layar ponselku. 5 menit kemudian ponselku kembali berdering.
“Kenapa kamu gak bales sms-ku Put? Kamu marah? Kenapa Put? Salahkah jika aku mengkhawatirkanmu?”, Aku tetap tak bergeming, tak ku hiraukan lagi pesannya. Aku malas... Dan 5 menit kemudian ponselku kembali berdering.
“Put, aku tau dalam Islam gak ada pacaran, tapi bukankah selama ini kita gak pacaran? Put, aku hanya ingin tau yang sebenarnya dari dirimu, masihkah hatimu untukku?”. Setelah 5 menit terlayangkannya kata itu ponselku kembali berdering. Ternyata dia menelfonku, aku menyerah, aku angkat telfonnya.
“Put..??”, sapanya.
“Iya....!!”, jawabku.
“Ku mohon jawab sekarang”, pintanya dengan penuh harap.
Ku atur desah nafasku, lalu ku mulai mengungkapkan isi hatiku.
“Untukmu Sang Pangeran Penanti. Dengar, apa bedanya pacaran dengan hubungan kita selama ini? Bukankah itu cabang dari ‘pacaran’? Sadarkah kamu? Aku menghindar darimu semata-mata hanya ingin mengubah jalan hidupku ke arah yang lebih baik. Aku ingin bebas dari jeratan semu, aku ingin bebas dari semua cengkraman dosa yang setiap waktu mengintai diriku, mengintaimu juga.”
Sampai disini aku diam sejenak, “Masihkah dirimu disana”, tanyaku.
“Iya..”, ucapnya.
“Aku tau kau akan kecewa, tapi ku mohon fahamilah aku yang mencoba untuk merilis kisah terindah disepanjang hidupku dan keputusanku bukan akhir dari segalanya, karna tuk saat ini aku hanya ingin bercinta dengan Tuhan-ku, maafkan aku yang tak bisa memahami dirimu jauh dari ini.”
Setelah kalimat itu dia memutuskan telfonnya.
Wahai Sang Pangeran Penanti, semoga kau mengerti.!!

Oleh: Irma Lailatul Hikmah – Cirebon

In Memorian.........


Bie-Gezstiver: 2010-2012

Kita dulu bersatu padu dalam  rindu....
Kita dulu serentak mengulas pilu yang lusuh...
Kita yang dulu satu dalam damai...
Menyemai kata:
BIE-GEZSTIVER
Pada akhirnya
Satu persatu dari kita harus tumbang menyusul
Dedaunan runtuh di musim gugur..
Ya, telah menjadi halimun abad lalu...
Kawan...
Ingin kembali ku sapa dirimu pada torehan pena usang ini
; kalian yang terkenang.......
Ø  Iffah Dina Innanur (Tambelangan – Sampang)
Ø  Wanti (Palembang)
Ø  Tri (Palembang)
Ø  Asmiyati (Kangean – Sumenep)
Ø  Hilwa Halimatus Sa’diyah (Jakarta)
Ø  Tolaika (Giliraja – Sumenep)
Ø  Silvi (Masalembu – Sumenep)
Ø  Udaibiyatul Hasna (Cirebon)
Ø  Siti Fatmi Fitriyati (Lombok)
Ø  Azizah (Bangkalan Kota)
Ø  Ayu Nur Farida (Mojokerto)
Ø  Wahyuni (Pontianak)
Ø  Fajriyatul Kamelia (Banyuwangi)
Ø  Nurul Fitria (Pamekasan)
Ø  Kurniasih (Jakarta)
Ø  Dewi Maryam (Cilacap)
Ø  Nur Amalina (Giligenting – Sumenep)
Ø  Noor Malayati (Malaysia)
Ø  Siti Zahrotul Fu’adah (Jakarta)
Ø  Nafiyah Fauzan (Talango – Sumenep)
Ø  Rif’ah Nuri Syafi (Situbondo)
Ø  Titin Syahadatina (Batang-Batang )
Ø  Hanisah (Bangkalan)
Ø  Desi Isna Hasanah (Solo)
Ø  Hikmia Marzuki (Ketapang – Sampang)
Ø  Lubaba (Arosbaya – Bangkalan)
Ø  Wahyuni Nur Kumala MH. (Pare - Kediri)
Ø  Suratih (Karawang)
Ø  Ika Kasiati (Jakarta)
Ø  Rosida (Pontianak – Kalimantan)
Ø  Ade Herma Ristia (Jakarta)
Ø  Ita Gumala Sari (Jakarta)

Kawan....
Selamat jalan.!! Selamat berjuang..!!
Selamat meraih apa yang kalian inginkan diluar sana..!!
Hanya satu harapan kami,
Berharap Bie-Gezstiver kan selalu hidup abadi dalam Sanubari..
Begitupun kalian selalu menjadi bagian dari kami.
Bie-Gezstiver selalu di hati....
Peace, SALAM SATU DAMAI...!!