JellyPages.com

Senin, 24 Desember 2012

CERPEN


AKHIR PENANTIAN

:: Untukmu Sang Pangeran penanti.
19 Juli 2009,
Hari itu dimana aku nyatakan seluruh hatimu, berucap bak penyair yang hilang kendali, tetapi aku hanya diam, terpekur mencerna semua kalimat yang keluar dari mulutmu. Hati ini gundah, jiwa ini linglung tak tau arah, bagaikan terhipnotis oleh semua kalimat sihirmu, aku mengiyakan semua yang kau ucapkan.
Tapi kini ku merana dan menyesal Pangeran Penantian....
Aku menggantung harapanmu di pelataran hatiku, aku telah muak dengan semua kalimat sihirmu, rasanya ku ingin berteriak dan berkata padamu, hentikan semua omong kosongmu itu, tapi sungguh aku tak mampu.
Di tempat suci inilah aku menyadari semua, kau masih haram untukku. Dan aku tak mau jikalau Dia cemburu atas sikapku padamu, lalu Dia murka terhadapku, entah akan jadi apa aku ini.
Pangeran Penanti, di tempat suci ini kuselami serangkaian cerita kita. Ku telusuri sudut demi sudut yang kemarin aku belumlah mampu menyelaminya. Tapi kini, ku paham semua. Aku dan kamu, telah menjalankan skenario setan yang akan menghancurkan iman kita. Sadarkah kau, Sang Pangeran penantian..?? Ataukah sampai saat ini kau belum menyadarinya..??
Luapan cintamu yang menggebu, entah itu akan menjerumus pada zinah hati ataukah memang pujianmu yang dilayangkan untukku..??
***
21 Juli 2009,
Hati ini bergejolak hebat, setelah 2 hari terlayangkannya kalimat itu. Saat itu wajah ini bertatap, ah... aku benci dirimu, ilfil rasanya diri ini bertemu denganmu.
Tapi entah mengapa, sekali lagi aku serasa terhipnotis oleh setiap kalimat yang terucap dari bibirmu. Dan saat itu kau berkata, “Suatu saat nanti aku akan datang meminangmu, setelah kau lulus dari statusmu sebagai mahasiswi. Aku akan menunggumu dengan sejuta mimpiku.”
“Lulus, dari statusku sebagai Mahasiswi? Itu artinya kamu akan menunggu kurang lebih 7 th lagi, apakah kamu siap? Tanyaku.
“Iya.. Insyaallah aku siap”, jawabnya pasti.
Robbi.... harus dimana aku menempatkan hatiku? Aku risih atas semua sikapnya, risih atas semua kata-kata yang terlayangkan dari mulutnya. Dia terlalu memaksakan. Wahai Sang Pangeran Penanti, semua kau fikir lurus. Apakah kau tak menyadari? Bahwa manusia hanya bisa merencanakan, selepas dari itu Allah-lah yang menentukan.
Aku termangu......
***
9 Juni 2010,
Aku menjauh darinya, ku putuskan untuk melanjutkan study-ku  disebuah pulau yang tak pernah terpikirkan olehku tuk dapat kesana. Dan sebelum aku pergi, aku sempatkan mengutip kata-katanya.
“Putri, setelah ini ku mohon, jangan lupakan aku. Dan jangan pernah kau berubah. Aku menunggumu dan aku akan selalu ada untukmu.”
Ah.... lagi-lagi kau katakan sesuatu yang membuat ku ingin berteriak. Aku lelah... Lelah mengikuti semua alur ceritamu,.
Dan kini, aku benar-benar pergi....
***
5 Agustus 2011,
Setelah sekian lama aku terbebas dari bayangmu, kini aku kembali lagi masuk ke alur cintamu, alur cinta yang dulu hampir menyesatkan diriku, tapi kini aku berada digaris kebimbangan antara mengungkapkan atau memendam?
Robbi..... harus bagaimana aku menempatkan diriku? Dan malam itu, terlayangkanlah sebuah pesan singkat darinya.
“Put... setelah kurang lebih 1 th kau disana, aku merasakan sesuatu yang berbeda dari dirimu. Kau semakin jauh, jauuuhhh...  apakah sebenarnya yang terjadi padamu?”
Setelah aku membacanya, ku letakkan ponselku, tak ku hiraukan pesannya. Malas menyergap  kala namanya terpampang di layar ponselku. 5 menit kemudian ponselku kembali berdering.
“Kenapa kamu gak bales sms-ku Put? Kamu marah? Kenapa Put? Salahkah jika aku mengkhawatirkanmu?”, Aku tetap tak bergeming, tak ku hiraukan lagi pesannya. Aku malas... Dan 5 menit kemudian ponselku kembali berdering.
“Put, aku tau dalam Islam gak ada pacaran, tapi bukankah selama ini kita gak pacaran? Put, aku hanya ingin tau yang sebenarnya dari dirimu, masihkah hatimu untukku?”. Setelah 5 menit terlayangkannya kata itu ponselku kembali berdering. Ternyata dia menelfonku, aku menyerah, aku angkat telfonnya.
“Put..??”, sapanya.
“Iya....!!”, jawabku.
“Ku mohon jawab sekarang”, pintanya dengan penuh harap.
Ku atur desah nafasku, lalu ku mulai mengungkapkan isi hatiku.
“Untukmu Sang Pangeran Penanti. Dengar, apa bedanya pacaran dengan hubungan kita selama ini? Bukankah itu cabang dari ‘pacaran’? Sadarkah kamu? Aku menghindar darimu semata-mata hanya ingin mengubah jalan hidupku ke arah yang lebih baik. Aku ingin bebas dari jeratan semu, aku ingin bebas dari semua cengkraman dosa yang setiap waktu mengintai diriku, mengintaimu juga.”
Sampai disini aku diam sejenak, “Masihkah dirimu disana”, tanyaku.
“Iya..”, ucapnya.
“Aku tau kau akan kecewa, tapi ku mohon fahamilah aku yang mencoba untuk merilis kisah terindah disepanjang hidupku dan keputusanku bukan akhir dari segalanya, karna tuk saat ini aku hanya ingin bercinta dengan Tuhan-ku, maafkan aku yang tak bisa memahami dirimu jauh dari ini.”
Setelah kalimat itu dia memutuskan telfonnya.
Wahai Sang Pangeran Penanti, semoga kau mengerti.!!

Oleh: Irma Lailatul Hikmah – Cirebon

Tidak ada komentar: